Senin, 01 Oktober 2007

Pramuka = Sekolah

Di sekolah-sekolah kita pada umunya adegan yang lazim terjadi berulang-ulang adalah adegan dimana setiap pelajar duduk baris demi baris melihat dan mendengarkan guru mengajar dihadapan mereka.

Kurikulum sekolah yang membebani para siswa dari mulai Matematika, Fisika, Geografi hingga IPS, info bilangan tanggal, besaran dan fakta tanpa henti dijejalkan ke dalam benak mereka dalam berbagai mata-mata pelajaran yang terpisah. Semuanya dilakukan tanpa anak didik dapat memetik manfaatnya. Masalah-masalah nyata yang dihadapi mereka dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap saat dipecahkan tanpa ilmu yang telah mereka dapat di bangku sekolah. Ilmu-ilmu yang lebih aktual justru mereka jangkau di rental-rental Playstation, di Warnet, Di lapangan tempat bermain sepak bola dan terutama di lingkungan sosial mereka.

Dalam kegiatan Pramuka, terkadang hal serupa terjadi juga. Anak-anak jaman sekarang yang mendapat serbuan informasi demikian derasnya segera menganggap bahwa kegiatan Pramuka sama tidak bermanfaatnya dengan sekolah. Mengapa aku harus belajar morse?Mengapa aku harus belajar semaphore?sandi?baris-berbaris? adakah manfaat yang bisa aku rasakan dalam kehidupan sehari-hariku dari hal-hal semacam itu?Bukankah lebih baik aku pandai bermain musik seperti Changcuters, Naif atau The Upstairs ketimbang menguasai baris-berbaris?berdandan seperti mereka?

Tidak semua pelatih dan pembina Pramuka mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. terkadang wawasan pelatih atau pembina tidak lebih banyak dari para anak didiknya. Para pembina tidak tahu banyak soal kegemaran-kegemaran anak-anak seusia penggalang atau penegak. Hal-hal yang akan sangat mengarahkan pikiran orang banyak bahwa Pramuka itu bisanya cuma kemping dan baris-berbaris...Saya tidak sedang berusaha men-generalisasikan hal ini namun rasanya kita akan cukup miris kalau sedikit saja bermain statistik: "Berapa banyak sih Pembina yang keren, berwawasan dan Open-Minded?"

Saya tahu akan sangat kompleks kalau kita membahas bagaimana latar belakang hal ini bisa terjadi. Akhirnya sementara ini saya hanya bisa meraih komputer dan mulai menulis saja. mudah-mudahan ada yang tergerak untuk berdiskusi dan mulai mencari penyelesaiannya. saya sih berharap isu Revitalisasi Gerakan Pramuka benar-benar di follow up dengan cerdas dan memiliki impact yang besar terhadap generasi muda di masa yang akan datang. Generasi muda yg bukan hanya bisa melantunkan musik ngak-ngik-ngok a la Amerika.

PS: Beberapa saat yang lalu saya pernah menonton film DVD bajakan "ngga berat" yang rasanya bisa juga jadi referensi para pelatih atau pembina Pramuka di Indonesia: "School of Life" dan "Coach Carter".

Tidak ada komentar: